Rabu, 29 Maret 2017

Life Is Meaningless

Suatu hari, Muhajiddin dengan penuh semangat mengetik tulisan di blognya. Jarinya dengan lincah terus menulis dan menulis, beberapa menit berlalu sampai satu jam, dua jam, dan dia masih seru dengan tulisannya. Kadang-kadang jarinya berhenti. Otaknya berpikir untuk meramu kata terbaik. Tapi kemudian ia kembali menulis, kembali mengetik. Beberapa jam berlalu dan walau ia masih tidak yakin itu adalah tulisan paling bagus yang ia buat, tapi ia akhirnya menyelesaikannya.

Lalu ia menekan tombol Publikasikan.

Eh, bukannya terpublikasikan malah muncul kolom merah kecil "laman anda tidak bisa disimpan".

Ia terus kekeuh, ia menekan tombol Simpan lalu Publikasikan tapi tetap saja kolom merah itu terus muncul. Setengah jam begitu terus. Kesal dan tidak berpikir panjang, ia ignore kolom merah itu dan menekan tombol Tutup di blog. Dia pikir, ah tulisan saya mungkin sudah published.

Tapi ternyata setelah membuka pos lagi, tulisannya masih kosong. Tidak ada yang tersimpan. Matanya terbuka lebar melihat semua hasil tulisannya selama berjam-jam lebih terhapus seakan tidak ada artinya. Semua jerih payahnya. Bayangan jari-jarinya yang menari lincah di papan ketik. Jungkir balik pemikiran dan idenya. Semua hilang begitu saja.



Sama dengan kasus Muhajiddin tersebut, begitu pula sebenarnya dengan hidup yang kita jalani ini. Kita bersusah payah, kita banting tulang kesana kemari, tapi kesalahan sepele bisa menghapus semua. Bukankah itu tragis? Sadis? Memang. Kita bisa berlari begitu cepat hanya untuk menemukan bahwa kita salah arah. Kita bisa menunggu berpuluh tahun hanya untuk berdiri di pintu yang ternyata tidak bisa dibuka. Life is meaningless, bersiaplah untuk dihancurkan bila terlalu menganggapnya berarti.


*pengalaman pribadi yang sering terjadi